Minggu, 30 Mei 2010

Terlalu Baik?

Sekarang hari Minggu, 30 Mei 2010, Jam 11:25 siang waktu Jakarta, kurang dari 4 jam lagi sebelum penerbangan ke kota Jambi menggunakan Garuda GA-136. Tulisan kali ini terlintas karena mendapatkan teguran tertulis melalui SMS dari beberapa sahabat ataupun secara lisan melalui ucapan, yang pada intinya tidak ingin aku bersikap terlalu baik. Esensi kali ini menceritakan pentingnya berlaku baik dan pengalaman nyata yang diperoleh diriku.

Berawal dari beberapa teman yang berpendapat bahwa aku orangnya baik. Dan beberapa teman wanita mengatakan aku jangan terlalu baik kepada orang. Bahkan pacarku sendiri tadi malam berkata bahwa aku terlalu baik dengan orang lain. Waduh... Emang salah ya baik kepada orang?

Setelah kupikirkan, ternyata dilematis juga berlaku baik: bisa menjadi salah dan bisa juga menjadi benar. Dalam beberapa hal, sikapku yang ramah dan baik, terutama terhadap teman wanita membuat  mereka salah tanggap. Sikapku kepada mereka membuat merasa diperlakukan "lebih" olehku. Sehingga menumbuhkan rasa suka kepada diriku. Sah-sah saja sih... Tetapi yang perlu digarisbawahi adalah sikapku kepada mereka semua adalah biasa dan ikhlas, dan sudah sesuai "SOP" alias Standar Operasi dan Prosedur ala Agus :) Dan semua itu tanpa bermaksud membuat mereka jatuh hati dan aku tidak memanfaatkan situasi tersebut!

Sikap baik kepada orang lain bisa menjadi bumerang, disaat orang lain tersebut memanfaatkan kebaikan seseorang demi kebaikan dirinya sendiri. Sebagai contoh, karena merasa telah diperlakukan baik, besok-besok tanpa segan meminta "kebaikan" yang sama. Bahkan lama-lama menyuruh kita. Nah yang begini yang gak enak... Udah dikasih hati minta jantung! Lama-lama jengah juga dan STOP!

Tetapi dibalik itu semua, aku tidak pernah menyesali setiap perbuatan baik yang pernah dilakukan. Mengapa? Aku percaya bahwa setiap hal yang baik akan berbuah dengan kebaikan. Kebaikan tidak hanya datang dari orang yang pernah kita perlakukan dengan ramah. Tidak hanya datang kepada diri kita langsung. Kalaupun kita masih menerima perlakuan tidak baik dari orang lain, sesungguhnya kebaikan yang lain akan datang ke anggota keluarga kita, bisa juga datang ke orang yang kita kasihi. Disaat mengalami kesusahan, akan datang kemudahan. Dan aku percaya, itu hanyalah sebagian kecil balasan dari bersikap baik. Dan membuatku semakin tertantang untuk tidak berhenti berbuat baik kepada sesama.

Sekedar pengalaman nyata, di tahun 2009 lalu, aku mendapatkan kesempatan dinas dari kantor ke kota Medan. Penerbangan kali itu dari Jakarta menuju Medan menggunakan Garuda Indonesia di hari Kamis. Saat itu, aku terbang sendirian kesana dikarenakan rekan kantor baru berangkat keesokan harinya. Penerbangan kali itu adalah penerbangan pertama kalinya ke kota Medan. Di hari sebelum penerbangan, ada kabar bahwa mobil penjemput tidak bisa datang dikarenakan di kantor cabang sedang ada yang meninggal dunia, sehingga seluruh mobil dipakai. Ya udah, namanya juga lagi ada musibah. Toh, walaupun gak dijemput, aku bisa ke hotel naik taksi sendiri..hehe...

Pas dipesawat, kebetulan di sebelahku ada seorang Bapak. Dari usianya kutebak sekitar 50-an tahun. Tapi dari pembicaraan, ternyata tebakanku salah. Usianya sudah 60-an tahun! Awet muda juga bapak ini. Dia pun bercerita, intinya dalam hidup harus dinikmati saja, tak perlu pusing memikirkan segala cobaan yang ada karena segala sesuatunya sudah di atur oleh-Nya. Hari itu, dia kembali ke Medan dikarenakan hari Sabtu pekan itu anaknya akan menikah. Singkat cerita, akupun diajak bareng bersamanya. Bapak itu dijemput oleh mobil kantornya dan dia menawarkan diri hendak mengantar ke hotel tempatku menginap.

Tawaran tersebut aku tolak dengan baik, dikarenakan arah tujuan Bapak itu berlawanan arah dengan hotel tempatku menginap. Setelah mendarat, aku bertanya dengan cleaning service yang ada di bandara mengenai taksi yang bagus di Medan. Ia menyarankan ke petugas yang berada di lobi sebelah sana, yang ternyata ia melayani pemesanan taksi bandara. Karena masih ragu melihat kondisi taksi-taksi yang ada disekitar situ, jauh sekali dengan kondisi taksi di Jakarta, membuatku ragu memesan taksi. Akhirnya aku bertanya dengan seorang penumpang pesawat yang lebih dulu berada di situ.

Singkat cerita, orang tersebut balik bertanya dimana hotel tempatku menginap. Ternyata hotel tempatku menginap sejalan dengan hotel tempatnya menginap. Dan aku pun ditawarkan barengan satu taksi dengannya menuju hotel. Alhamdulillah. Seseorang yang tidak aku kenal, di kota yang baru pertama kali aku kunjungi, ada orang yang rela berbagi taksi dengan diriku yang baru saja bertemu di jalan. Sudah begitu, ongkos taksi yang hendak aku bayarkan ditampiknya, dan meminta untuk dia saja yang membayarkan. Alhamdulillah.

Terima kasih ya Allah, semoga Engkau senantiasa membimbingku untuk selalu berbuat baik walaupun kepada orang yang pernah menyakiti perasaanku. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Maestro Intermezzo by Agus Supriyanto © 2008-2010.