Jumat, 29 Juni 2012

Hydrocephalus

Hydrocephalus, informasi dan pengobatannya.

Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi mengenai penyakit hydrocephalus. Anak pertama saya, yang pada saat itu berumur 4 bulan 7 hari, ternyata mendapat ujian penyakit hydrocephalus oleh Allah SWT. Lingkar kepalanya saat itu sudah 47-48 cm, sudah dalam katagori diatas normal untuk bayi perempuan seusianya. Namun dibandingkan dengan kasus hydrocephalus yang lain, mohon maaf, lingkar kepala anak saya "masih belum seberapa".

Sewaktu masih dalam kandungan, tidak ada keluhan. Semua dalam kondisi normal, perkembangan janin dan organ juga baik.  Pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan rutin sesuai jadual. Namun selama 9 bulan, memang gonta-ganti dokter kandungan. Dokter pertama, laki-laki, mendapat beasiswa sekolah ke Belanda, saat itu usia kandungan sudah 5-6 bulan. Dokter pengganti selanjutnya, perempuan, sama juga, saat itu usia kandungan sudah hampir 9 bulan. Dan akhirnya terakhir ditangani oleh dokter selanjutnya, perempuan. Menurut dokter anak, seharusnya kondisi hydrocephalus sudah dapat diketahui sejak dalam kandungan. Saat lahirpun anak saya dilahirkan secara normal, dengan lingkar kepalanya juga normal. Saya pun menganggap cobaan ini sebagai "keberuntungan". Dan saya yakin Allah SWT tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kekuatan hamba-Nya.


Apakah sih hydrocephalus itu? Berdasarkan informasi yang saya terima dari berbagai sumber dan dokter anak yang menangani penyakit anak saya, hydrocephalus adalah suatu keadaan di mana terjadi pengumpulan cairan berlebih di dalam otak yang berakibat pada pelebaran ruang-ruang dalam otak (ventrikel) yang tidak normal. Cairan tersebut terus menekan otak ibarat balon yang terus dipompa dalam kepala.

Hydrocephalus dapat terjadi ke siapa saja, dengan kemungkinan kejadian 1:1500 alias 1 orang dari 1500 orang bisa menderita penyakit ini. Tidak hanya bayi, orang dewasa pun dapat terkena penyakit ini walaupun tidak ada riwayat penyakit ini sebelumnya.

Ciri-ciri Hydrocephalus

Bagi bayi yang berusia kurang dari 2 tahun, terlihat pertumbuhan bagian kepala tidak normal dan tidak proporsional dengan anggota tubuh lainnya. Kondisi ini merupakan gejala awal dari pembesaran cairan otak. Ubun-ubun terlihat lebih cembung dan terjadi fenomena sunset pada bola mata penderita. Fenomena ini berupa kondisi dimana bintik hitam mata tak berada ditengah bola mata melainkan berada dibawah sehingga menyerupai matahari terbenam. Hal ini merupakan kompensasi lantaran bagian atas mata tertarik oleh pembengkakan kepala. Selain itu terjadi gangguan tumbuh kembang anak lantaran perkembangan otak terganggu.

Ciri-ciri hydrocephalus pada bayi antara lain:

• Pembesaran kepala yang tidak wajar
• Meningkatnya ukuran kepala dengan cepat
• Membengkaknya bagian atas kepala
• Muntah
• Mengantuk
• Mudah marah
• Kejang
• Mata layu / sunset
• Penundaan pertumbuhan

Bagi anak yang lebih besar dan orang dewasa, biasanya tengkorak kepala sudah keras sehingga menyebabkan otak terhimpit oleh cairan. Sehingga pembesaran lingkar kepala tidak mudah diketahui.

Ciri-ciri hydrocephalus pada orang dewasa antara lain:

• Sakit kepala yang diikuti dengan muntah
• Mual
• Pandangan kabur atau ganda
• Mata layu / sunset
• Masalah pada keseimbangan dan koordinasi
• Lemas
• Pertumbuhan lambat
• Hilang ingatan
• Mudah marah
• Perubahan kepribadian
• Memburuknya performa pada pekerjaan dan sekolah

Pengobatan

Anak saya dinyatakan terkena hydrocephalus saat ke dokter anak dr. Keumala di RS Asri Duren Tiga pada hari Senin, 25 Juni 2012. Sebenarnya saat itu saya ingin meminta resep batuk-pilek yang lagi musim bagi anak saya. Saat membawa anak saya masuk ke ruangan dr. Keumala, dokter berkata kepada saya, "Maaf Pak, Bu, ini anaknya hydrocephalus ya?". "Apa dok?" tanya saya karena belum paham tentang hydrocephalus. "Kepalanya mengalami pembesaran..." jelas dr. Keumala.

Ternyata, selama awal kelahiran hingga umur 4 bulanan ini, lolos dari perhatian dari dokter-dokter. Sekedar informasi, saya melakukan imunisasi ke dokter anak di RSIA tempat anak saya lahir, selama 2 bulan pertama. Selanjutnya juga imunisasi di puskesmas, di dekat rumah mertua dan di puskesmas di dekat rumah orang tua. Alias setidaknya ada tiga dokter yang memegang anak saya. Imunisasi sesuai jadual yang diberikan, hanya saja lokasinya saya pindah-pindah, sesuai posisi tinggal saya yang masih nomaden, numpang sana-sini :) Lolos dari perhatian karena berat badan anak saya relatif montok, sehingga ukuran kepala yang mulai membesar lolos dari perhatian.

Nah, dari sini saya belajar dan baru mengetahui, betapa pentingnya mengukur lingkar kepala bayi dari waktu ke waktu.

Akhirnya dr. Keumala memberikan rujukan ke dr. Irawan yang berpraktek di klinik Anakku di daerah Pondok Pinang. Namun dr. Irawan praktek pada hari Rabu sore alias 2 hari lagi, sedangkan saya sebagai orang tua, tentunya ingin penanganan secepatnya. Hari Selasa di kantor, saya mencari informasi dari rekan kerja, dan disarankan ke Prof dr H. Sofyan Ismael dan kebetulan malamnya praktek di RS YPK Mandiri. Oleh Prof Sofyan, diberi opsi mau USG atau CT Scan. Keputusan saya kembalikan kepada Prof Sofyan dan menyarankan langsung di CT Scan. Saya diberikan pengantar untuk CT Scan di RS Pondok Indah hari Rabu alias besok paginya, dikarenakan di RS YPK Mandiri tidak memiliki alatnya.

Tips CT Scan:

- CT Scan boleh dimana saja, yang biayanya terjangkau.
- CT Scan di RS Pondok Indah buka mulai jam 08.00 sampai jam 20.00 (CMIIW).
- Khusus pasien bayi, sebisa mungkin datang ketika jam tidurnya di pagi hari, karena pada saat CT Scan bayi harus dalam kondisi tenang dan tidak boleh bergerak.
- Ruangan CT Scan sangat dingin, sekitar 18 derajat Celcius. Bagi pasien bayi, disarankan membawa selimut kesukaannya walaupun disana ada selimut, dan diharapkan ibu si bayi mendampingi jika sewaktu-waktu bayi rewel atau minta ASI.

Hasil CT Scan di RS Pondok Indah saat itu dapat diambil dalam waktu 3 jam, di beberapa rumah sakit besar lainnya rata-rata 1-2 hari. Mengenai lama waktu pemrosesan dapat dipastikan dengan bagian radiologi dan disarankan untuk mendaftar terlebih dahulu melalui telepon untuk menghindari antrian panjang.

Rabu Malam langsung saya konsultasikan kembali ke Prof. Sofyan. Saat itu Prof. Sofyan praktek di Jl. Sumatera, tidak jauh dari YKP Mandiri. Oleh Prof Sofyan langsung diberikan pengantar ke dokter bedah saraf, boleh ke Prof. Padmo di MMC atau dr. Lukas di Medistra. Dokter tersebut nantinya akan melakukan operasi pengeluaran cairan dan pemasangan selang dari otak ke saluran pencernaan (lambung).

Anak saya akhirnya saya bawa ke RS Medistra dengan pertimbangan dekat dengan lokasi rumah dan kantor. Setelah menginap semalam untuk persiapan operasi "VP Shunt", kepala anak saya di potong rambutnya gundul plontos. Alhamdulillah operasi berjalan lancar sekitar 1-2 jam, lalu pemulihan di ruang ICU selama sehari untuk selanjutnya dibawa kembali ke ruang perawatan anak sekitar 5 hari. Kondisi setelah operasi menunjukkan hasil yang baik, tekanan pada kepala mulai berkurang karena kelebihan cairan telah dialirkan ke saluran perut. Kelebihan cairan disalurkan melalui selang medis khusus yang ditanam di dalam kepala, melalui leher ke saluran pencernaan/perut.

Anak saya kontrol rutin mulai seminggu, sebulan hingga setahun pasca operasi. Kontrol ini lebih dimaksudkan untuk memonitor perkembangan anak. Selaku orang tua, anak perlu diperhatikan tumbuh kembangnya untuk mengejar ketinggalannya. Terlebih pada kasus hydrocephalus, cairan pada kepala telah menekan volume otak sehingga perkembangan otak terganggu. Pada kasus anak saya, cairan kepala ternyata telah memenuhi volume otak sekitar 60-70%, terlihat dari hasil CT Scan.

Untuk selanjutnya, berdasarkan pembicaraan dengan dokter spesialis, apabila tidak ada keluhan dari anak saya, bisa dikatakan tidak perlu kontrol kembali. Perawatan setelah operasi "VP Shunt" cukup dengan memastikan "pompa" yang tertanam berfungsi dengan baik, caranya dengan menekan salah satu titik setiap harinya agar memastikan selang tidak mampat. Kedepannya jika anak sudah berusia 5 tahun atau sudah menginjak SD, akan dilakukan operasi lanjutan yakni penyambungan panjang selang. Seiring pertumbuhan badan, tentunya selang yang terpasang saat ini akan kurang panjang. Dan untuk itu akan dilakukan operasi hanya pada area perutnya untuk penyambungan.

Saya selaku orang tua, beserta keluarga, mengucapkan terima kasih atas dukungan lahir batin dari semua. Terima kasih atas doa sehingga operasi dapat berjalan dengan lancar. Tidak lupa kami juga mohon doanya agar anak saya kelak dapat tumbuh sehat, kembali normal seperti anak yang lainnya, dan cerah masa depannya. Amin. Semoga Allah SWT membalas kebaikan teman-teman semua. Amin.





Bagi anda yang membutuhkan bantuan pengobatan, dapat menghubungi Azizah Foundation.

Artikel terkait:
1. Lingkar Kepala Bayi dan Balita Normal versi WHO
2. Tumbuh Kembang Bayi

Silahkan berkomentar di bawah ini untuk berbagi informasi mengenai hydrocephalus, sehingga bermanfaat bagi semua orang khususnya pengunjung yang mampir di blog ini. Terima kasih.

Sabtu, 16 Juni 2012

Mengatur Rencana Pensiun Melalui DPLK

Dari dulu hingga hari ini, masih jamak melihat orang berbondong-bondong masuk PNS dengan alasan ingin memperoleh kepastian di masa depan karena nantinya memiliki uang pensiun. Hal tersebut pula yang selalu dipesankan orang tua kepada anaknya ketika melamar pekerjaan. Sehingga walaupun sudah bekerja di perusahaan, tetap mencoba untuk melamar sebagai PNS. Luar biasa...

Dalam pikiran, buat apa mempersulit diri dengan HARUS berebut mencari pekerjaan yang menjadi rebutan seluruh orang? Coba lihat, begitu ada kabar pembukaan formasi di Departemen tertentu ataupun di Lembaga Pemerintahan, ratusan ribu pelamar langsung menyambut gembira dengan mengirimkan dokumen persyaratan. Sungguh dahsyat persaingan itu! Saya hanya menjadi penonton saja deh. Menurut saya, lebih baik saya bekerja di tempat lain, perusahaan boleh kecil namun mampu eksis di industrinya.

Kalau mau berkaca, pensiunan PNS dibiayai oleh APBN sehingga akan memberatkan anggaran negara. Sedangkan pensiunan pegawai Swasta dan BUMN, ada perusahaan yang memiliki Dana Pensiun untuk mengelola uang pensiun bagi mantan karyawan yang telah pensiun, dengan besaran uang bulanan disesuaikan dengan gaji terakhir dan masa kerja. Contohnya Dana Pensiun Astra, Dana Pensiun Antam, Dana Pensiun BRI, Dana Pensiun Telkom, Dana Pensiun Pertamina, dan lain-lain.

Lalu bagaimana dengan perusahaan yang tidak memungkinkan untuk membentuk Dana Pensiun? Perusahaan tersebut dapat mengikutsertakan karyawannya ke DPLK atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Karena untuk membuat Dana Pensiun sendiri, harus memenuhi ketentuan regulasi, berhati-hati dalam berinvestasi, ketersediaan sumber daya dari keuangan maupun SDM.

Apabila perusahaan tidak juga mengikutkan karyawannya dalam program pensiun, lebih baik ambil inisiatif mendaftarkan diri secara pribadi ke DPLK. Setiap orang diperbolehkan melakukan iuran sesuai kemampuannya selama usia produktif, untuk diinvestasikan oleh Manajer Investasi di DPLK yang mana seluruh hasil investasinya akan dikembalikan ke peserta. Apalagi ada dukungan dari pemerintah yang memberikan insentif pajak 0% atas hasil investasinya tersebut. Dan ketentuan pemerintah terbaru yakni PMK 50 Tahun 2012 tentang Perubahan Iuran dan Manfaat Pensiun, apabila jumlah akumulasi iuran dan hasil pengembangan yang menjadi hak pada Program Pensiun Iuran Pasti kurang dari atau sama dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), jumlah akumulasi iuran dan hasil pengembangan tersebut dapat dibayarkan sekaligus.

Jadi DPLK itu apa? DPLK adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh Bank Umum atau Perusahaan Asuransi Jiwa untuk menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan. Dari pengertian ini maka yang dapat mendirikan DPLK hanya bank umum atau perusahaan asuransi jiwa.

Salah satu Bank BUMN yang memiliki produk DPLK untuk dijual kepada masyarakat umum adalah DPLK BRI. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi Customer Service di Kantor Cabang Bank BRI terdekat.

Perbedaan TV LED, LCD dan Plasma

Perbedaan TV LED, LCD dan Plasma

Perbedaaan TV Led, LCD dan Plasma
Perbedaan TV LED, LCD dan Plasma

Musim pertandingan sepakbola EURO 2012 telah dimulai. Momentum ini tidak disia-siakan oleh produsen televisi untuk meningkatkan penjualan produknya, terutama TV LED, TV LCD dan TV Plasma. Ditambah maraknya penyedia jasa siaran televisi digital berbayar, tentunya siaran tersebut lebih nikmat ditonton menggunakan TV layar datar non tabung. Era TV Tabung yang sudah berpuluh tahun menghadirkan tayangan hiburan segera berakhir dalam beberapa waktu ke depan. Harga promosi TV LCD merk Jepang ukuran 24" saat ini tidak sampai Rp.1.500.000,- di toko ritel terkemuka.

Keunggulan TV LED, LCD dan Plasma hadir dengan ukuran yang tipis, ringan, sehingga dapat digantungkan di tembok. Ukuran layar yang besar namun tidak memakan tempat menjadi daya tarik tersendiri. Tidak ketinggalan pula desain cantik dengan bahan body mewah, bahkan ada yang seolah-olah tanpa frame/bingkai karena saking tipisnya. Fitur hemat energi memungkinkan penghematan konsumsi listrik. Juga fitur USB yang tidak hanya sekedar menampilkan multimedia berbagai format antara lain gambar (jpg) dan suara (mp3), tapi juga dapat memainkan video dengan format terbaru (mkv). Dukungan terhadap film definisi tinggi (HD Ready maupun Full HD) menjanjikan tontonan yang detil dan tajam.

Apa sebenarnya perbedaan mendasar antara ketiga jenis TV layar datar tersebut? Manakah diantara ketiga jenis TV tersebut yang layak untuk dibeli?

Berikut ini akan dipaparkan perbedaan TV LED, TV LCD dan TV Plasma.


TV Plasma
Plasma Display Panel (PDP) atau di Indonesia banyak dikenal sebagai Plasma TV merupakan salah satu jenis teknologi TV layar datar yang memungkinkan produsen untuk memproduksi TV Layar Datar ukuran besar secara massal dengan harga yang ekonomis.

Istilah dan konsep teknologi Plasma TV sendiri diperkenalkan pada tahun 1936 oleh seorang ahli Fisika, Elektronika, dan penemu dari Hungaria. Pada perkembangannya IBM, Fujitsu, dan Panasonic memperkenalkan beberapa jenis televisi yang memanfaatkan teknologi Plasma pada hasil riset mereka. Baru pada tahun 1997, Fujitsu diikuti Philips dan Pioneer, merilis TV layar datar ukuran 42 inci dengan teknologi Plasma secara komersial.

Istilah PDP sendiri berasal dari penggunaan sel Plasma, yang merupakan lampu Fluorescent, sebagai dasar pencahayaan layar televisi tersebut. Sebuah Plasma TV memanfaatkan jutaan sel Plasma yang diletakkan diantara dua panel layar kaca. Setiap sel yang berisi kombinasi antara gas noble dan sejumlah kecil mercury yang akan diuapkan dan diberi aliran listrik sehingga berpendar dan membentuk plasma. Warna dihasilkan dari fosfor yang terdapat di dalam sel tersebut, di mana di dalam setiap sel akan berisi fosfor 3 jenis warna utama, yaitu: Red, Green, dan Blue, atau biasa dikenal dengan RGB. Perbedaan voltage yang diberikan pada tiap sel juga menghasilkan kombinasi warna yang ada.

Keunggulan Plasma TV
* Menghasilkan warna hitam yang lebih baik dari LCD TV
* Contrast rasio yang tinggi (1:2.000.000)
* Sudut pandang lebih lebih lebar
* Refresh Rate dan Response Time yang cepat, meminimalisir tampilan gambar kabur

Kelemahan Plasma TV
* Gambar diam yang ditampilkan dalam waktu yang lama akan menimbulkan burn-in dan gambar berbayang
* Kualitas gambar akan terus menurun seiring dengan lamanya penggunaan, meskipun dalam jangka waktu yang relatif lama
* Lebih berat dari LCD
* Menggunakan daya listrik yang lebih besar dibandingkan dengan LCD TV
* Ukuran umumnya diatas 42 inci.


TV LCD
LCD TV yang di pasaran tampil lebih dulu dari Plasma mengalami penurunan popularitas sejak kemunculan Plasma TV mengingat berbagai kelebihan yang ditawarkan dibandingkan LCD generasi awal. Dengan harga yang jauh lebih mahal untuk ukuran yang lebih kecil, membuat penjualan Plasma meningkat.

Namun demikian, pada perkembangan selanjutnya, LCD TV dengan harga ekonomis dengan berbagai kemajuan teknis, membuat konsumen kembali beralih ke LCD TV. Seiring dengan kemunculan HDTV dan Full HD TV di jajaran produk LCD TV, diikuti dengan ukuran yang besar, harga LCD TV pun juga semakin masuk akal di kantong konsumennya.

Pada dasarnya LCD TV bekerja dengan memproduksi gambar hitam dan berwarna dengan melakukan seleksi cahaya yang dipancarkan oleh serangkaian lampu teknologi CCFLs (Cold Cathode Fluorescent Lamps) di belakang layar. Jutaan lampu tersebut akan dinyalakan dan dimatikan melalui LCD shutter dengan melewatkan cahaya putih dengan intensitas tertentu. Setiap shutter akan digabungkan dengan filter warna yang akan melewatkan warna Red, Green, dan Blue (RGB). Shutter dan Filter yang masing-masing merupakan sub-pixel ini berukuran sangat kecil, dan secara kasat mata membentuk gabungan yang disebut dengan pixel.

Keunggulan LCD TV
* Menghasilkan warna yang lebih realistis
* Teknologi anti glare (tanpa bayangan)
* Tersedia mulai ukuran kecil hingga besar
* Tidak ada radiasi yang dipancarkan
* Dapat digunakan sebagai monitor komputer (bila tersedia VGA in)
* Kebutuhan sumber daya listrik yang lebih rendah dibanding Plasma

Kelemahan LCD TV
* Kualitas gambar akan menurun apabila dilihat pada sudut pandang yang lebar
* Untuk ukuran yang besar, harganya lebih mahal apabila dibandingkan dengan Plasma TV
* Refresh Rate dan Response Time yang jauh lebih rendah dibandingkan Plasma, sehingga kadang menghasilkan gambar yang kabur

TV LED
Beberapa tahun terakhir, pasar televisi digital diramaikan dengan hadirnya sebuah teknologi televisi layar datar yang oleh beberapa vendor elekronik terkemuka disebut dengan LED TV. Vendor yang paling agresif dalam menggelontorkan TV dengan teknologi baru ini antara lain: Samsung Electronics, LG Electronics, Toshiba, dan berbagai vendor terkemuka lainnya.

Pada dasarnya sebenarnya LED TV merupakan pengembangan dari LCD TV dimana jenis ini menggunakan LED Backlight sebagai pengganti cahaya fluorescent yang digunakan pada jenis LCD TV sebelumnya. Ada dua macam bentuk LED TV yang beredar di pasaran: RGB LED dengan LED yang diletakkan di belakang panel layar, atau EDGE-LED dimana LED diletakkan di sekeliling layar.

Kelebihan LED TV
* Tingkat contrast yang jauh lebih tinggi dibandingkan LCD TV, setara atau bahkan lebih tinggi daripada Plasma TV
* Memungkinkan produsen untuk memproduksi televisi layar datar dengan ukuran super tipis, dengan ketebalan sekitar 2.5 cm
* Lebih ramah lingkungan
* Konsumsi listrik yang lebih rendah sekitar 20-30% dibandingkan LCD TV konvensional
* Berbagai produk LED TV dari vendor terkenal menawarkan fitur pemrosesan gambar digital, fitur Digital TV Tuner, dan berbagai fitur terbaru lainnya.

Kelemahan LED TV
* Harga yang lebih mahal, pada saat ini untuk ukuran yang sama, harga LED TV yang termurah sekitar 10% hingga 50% dari LCD TV konvensional


Kesimpulan
Secara umum LED TV menawarkan kualitas gambar yang lebih baik apabila dibandingkan dengan LCD TV, khususnya untuk contrast gambar serta kesempurnaan warna hitam, meskipun bagi sebagian besar orang perbedaan itu tidak terlalu nampak. Hal ini disebabkan karena kualitas LCD TV yang sudah cukup memadai. Apabila dibandingkan dengan plasma, kualitas yang ditawarkan juga setingkat atau bahkan lebih, mengingat LED TV terbaru menawarkan berbagai fitur tambahan untuk mengolah gambar.

Perbedaan harga yang cukup mencolok dengan LCD TV, tidak menyurutkan sebagian orang untuk membeli LED TV, mengingat penampilan LED TV yang lebih tipis dan dengan desain terbaru. Bagi sebagian orang lain yang menempatkan harga di atas berbagai kriteria pembelian TV, nampaknya LCD TV masih menjadi pilihan utama. Plasma sendiri, nampaknya sudah tidak terlalu menarik minat, dan mulai ditinggalkan sejak tahun 2007, mengingat perbedaan harga yg sudah semakin tipis antara LCD TV dan Plasma TV. Desain yang juga terlihat usang juga semakin menyurutkan minat orang yang akan membeli Plasma TV. Panasonic sebagai salah satu produsen yang selama bertahun-tahun kukuh dengan memproduksi Plasma TV untuk ukuran 42 inci ke atas, akhir-akhir ini sudah mulai mengalihkan jajaran TV terbarunya dengan teknologi LCD TV dan LED TV.

Akhirnya, semuanya terpulang kembali kepada calon pembeli. Apabila anggaran yang tersedia mencukupi, pemilihan LED TV nampaknya cukup tepat, mengingat LED TV sudah dipersiapkan untuk teknologi TV digital yang benar-benar akan menggantikan TV analog pada tahun 2018. Namun apabila anggaran terbatas, LCD TV merupakan pilihan yang paling pas, mengingat fitur yang disediakan sudah cukup memadai, lebih ringan, serta lebih hemat energi apabila dibandingkan dengan Plasma TV.


Oh iya, satu hal lagi:
HD Ready berarti TV tersebut sudah memiliki jumlah pixel sebanyak 1 Megapixel atau 1366x768 pixel.

Full HD berarti TV tersebut sudah memiliki jumlah pixel sebanyak 2 Megapixel atau 1920x1080 pixel.

Sumber:
Artikel, dan Gambar
 

Maestro Intermezzo by Agus Supriyanto © 2008-2010.